Aplikasi Pupuk dan Air (Fertigasi)

Aplikasi Pupuk dan Air (Fertigasi) - Air dan pupuk diberikan secara bersamaan sebgai larutan hara.  Jumlah air dan hara akan selalu berubah sesuai dengan umur dan pertumbuhan tanaman.  Kebutuhan tanaman terhadap hara dan terus meningkat sejak persemaian sampai tanaman menghasilkan.  Secara umum pengaruh frekuensi penyiraman berpengaruh terhadap hasil tanaman paprika yang dibudidayakan secara hidroponik.  Penyiraman sebanyak 250 ml, 4 atau 5 kali sehari sesuai dengan jadwal memberikan hasil terbaik bagi tanaman paprika. Secara umum lebih baik meningkatkan frekuensi penyiraman daripada meningkatkan jumlah air yang diberikan pada tanaman yang mendekati masa panen.  Frekuensi pemberian air juga dapat untuk mengatur keseimbangan fase vegetatif/generatif tanaman.  Pada jumlah volume yang tetap semakin banyak frekuensi penyiraman tanaman akan cenderung mengalami pertumbuhan vegetatif, sebaliknya semakin jarang frekuensi cenderung mendorong pertumbuhan generatif.    Jadwal fertigasi untuk budidaya tanaman sayuran di dalam greeenhouse secara hidroponik serta kisarann pH masuk dan pH keluar.  Pengukuran EC larutan hara dapat dipakai sebagai ukuran tingkat pemberian hara bagi tanaman.  EC larutan hara yang memiliki target nitrogen 200 ppm, kira-kira sebesar 2.5 mmhos.  

Tentu saja jumlah hara yang lain secara proporsional mengikuti jumlah nitrogen.  Monitoring EC  dan pH dapat dilakukan pada EC masuk (sebelum melewat media tanam) dan EC keluar (setelah melewati media tanam).  Hal ini dapat memantau kecukupan hara selama pertumbuhan tanaman.  Tingkat pH optimum adalah 5.8, aktivitas perakaran biasanya dapat menurunkan pH sekitar perakaran  untuk mengatasi hal tersebut perlu digunakan pupuk yang tidak bersifat masam.  Tidak direkomendasikan menggunakan pupuk masam pada pH larutan 5.5.  Penggunaan ammonium nitrat pada 2-5 ppm (NH4 - N) akan menurunkan pH perakaran karena pengaruh asam dari pupuk tersebut
Penyiraman pada malam hari dapat meningkatkan perkembangan buah, akan tetapi biasanya berasosiasi dengan resiko pecah buah bila aplikasi terlalu banyak.  Sehingga penyiraman pada malam hari perlu dikalibrasikan dengan kondisi agroklimat setempat.  
Manajemen fertigasi merupakan cara yang fleksible dalam pemberian pupuk untuk memenuhi kebutuhan tanaman.  Dengan pengalamannya, petani dapat dengan mudah menyesuaikan jumlah dan jenis pupuk untuk memenuhi kebutuhan tanaman berdasarkan tingkat perkembangannya.  Pemberian hara yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan tanaman adalah salah satu “keyword” dalam budidaya tanaman secara hidroponik, sehingga kesuksesan dalam manjemen larutan hara merupakan juga kesuksesan dalam berbisnis tanaman secara hidroponik.
Beberapa hal yang harus dipertimbangankan dalam pengembangan teknologi budidaya tanaman secara hidroponik di Indonesia adalah:
  1. Sistem yang dibagunag harus sederhana dan tidak rumit
  2. Sistem ang dibangun harus murah
  3. Sistem yang dibangun harus melibatkan bahan-bahan yang ramah lingkungan
  4. Komponen bahan dan alat yang digunakan mudah di dapatkan
  5. Sistem tidak tergantung terhadap energi listrik
  6. Digunakan komoditas yang bernilai komersial yang tinggi.  
Dengan demikian  maka pengusahaan budidatanamn secaa hidroponik akan dapat memberikan margin keuntungan yang tinggi dan layak untuk dikembangkahidroponik.[ht]